Kamis, 14 Juni 2012

SAIL MOROTAI 2012

SAIL MOROTAI 2012

Kedeputian 5

PELUNCURAN SAIL MOROTAI 2012
JAKARTA – Pada hari ini, Rabu (14/03), Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat H. R. Agung Laksono bersama Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C. Sutardjo, Gubernur Maluku Utara Thaib Armaiyn serta pejabat lain dari Kementerian/Lembaga terkait, secara resmi meluncurkan Sail Morotai 2012, di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Pemerintah telah menyelenggarakan Sail sejak tahun 2009, dimulai dengan Sail  Bunaken 2009, Sail Banda 2010, danSail Wakatobi - Belitong 2011. Selama penyelenggaraan sail tersebut, semua berjalan dengan baik dan sukses serta memberikan dampak positif yang cukup signifikan bagi daerah. Oleh karena itu penyelenggaraan Sail terus dilanjutkan.
Berdasarkan Keppres No. 4 Tahun 2012, Pulau Morotai yang terletak di Provinsi Maluku Utara ditetapkan Pemerintah sebagai lokasi pelaksanaan Sail pada tahun 2012.
Pulau Morotai yang seringkali disebut sebagai “East Indonesia Paradise”, merupakan pesona kecantikan timur Indonesia dengan daya tarik wisata alam bahari yang sangat mempesona serta keragaman dan keunikan biota laut. Selain itu Morotai sering juga disebut sebagai Morotai The Memory Island (Morotai Pulau Kenangan), karena pada saat Perang Pasifik (Perang Dunia II), Morotai dua kali mengalami pendudukan tentara asing. Jepang pada 1942 di bawah pimpinan Jenderal Kawashima, serta tentara Sekutu pada 1944 di bawah komando Jenderal Douglas McArthur. 
Lokasi Pulau Morotai yang strategis di Samudera Pasifik dapat dijadikan sebagai pintu masuk negara-negara Asia Pasifik, dan diharapkan akan menjadi salah satu tujuan wisata bahari sekaligus wisata sejarah Perang Dunia II yang menjanjikan.
Beberapa kegiatan inti penyelenggaraan Sail Morotai 2012 antara lain : Yacht Rally; Bakti Sosial dan Pelayanan Kesehatan yang terdiri dari Operasi Surya Bhaskara Jaya, Operasi Bhakti Kartika Jaya, dan Operasi Bhakti Pelangi Nusantara; Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari (LNRPB); Acara Puncak, Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan di dalam air dan di pulau terdepan.   
Rangkaian kegiataan Sail diharapkan akan menggerakan pembangunan di lokasi penyelenggaraan Sail secara signifikan. Mulai dari pembangunan atau perbaikan sarana dan prasarana transportasi, lokasi - lokasi tujuan wisata, serta fasilitas umum lainnya, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Selasa, 12 Juni 2012

kebudayaan khas maluku utara


BESI PUTIH

KERAJINAN BESI PUTIH
Kerajinan tangan Besi Putih berasal dari pulau Morotai. Kerajinan tangan ini dihasilkan dengan memanfaatkan sisa-sisa perlengkapan tempur PDII yang banyak terdapat di sana. Biasanya sisa-sisa perlengkapan tempur itu diolah menjadi kalung, cincin, gelang, pisau komando dan beragam jenis lainnya. Besi Putih berbahan dasar besi putih yang mengandung unsur logam mulia sebesar 0,8 persen sehingga tidak mudah berkarat.
Besi putih memang sudah menjadi maskot tersendiri untuk wilayah morotai, morotai yang dulunya menjadi pusat perang dunia ke 2, ini menjadikan morotai banyak ditinggali barang sisa-sisa peperangan, baik berupa pesawat perang, mobil perang, panser, serta barang-barang lainnya. Barang-barang peninggalan sisa-sisa peperangan tersebut sebagian berbahan mentah besi putih, dan ini dijadikan sebagai salah satu bahan dasar mata pencaharian bagi beberapa masyarakat di morotai.
Beberapa masyarakat morotai memilikii mata pencaharian sebgai pengrajin perhiasan yang berasal dari besi putih. Salah satu yang terkenal adalah pengrajin besi putih marimoi. Ini juga menjadi salah satu pengrajin di daruba morotai. Salah satu pengrajin adalah bapak Ikram Paturoh, dia berusia 31 tahun, kegiatan sebagai pengrajin yang dia tekuni adalah sebagai warisan turunan keahlian yang diwariskan oleh keluarganya, dia generasi ke lima dalam memajukan usaha pengrajin perhiasan besi putih ini. Awal cerita usaha kerajinan besi putih ini hanya mengerjakan pemesanan berupa alat-alat masak, atau alat dapur lainnya, pada tahun 1978 usaha ini berkembang untuk memajukan dan menambah kerajinan dengan membuat perhiasan seperti gelang, cincin, dan kalung. Dalam sanggar pengrajin yang dimiliki oleh bapak ikram ini dijadikan pula sebagai sanggar latihan atau sanggar belajar oleh pengrajin-pengrajin baru untuk dapat membuatg perhiasan dari besi putih. Hingga saat ini kerajinan tersebut terus berjalan bahan-bahan diperoleh dari penjual besi-besi putih hasil sisa peperangan yang diperoleh dari dasar laut, berupa tempat penyimpanan peluru, ataupun alat lainnya yang memang berbahan besi putih. Kemajuan zaman menjadikan usaha yang dilakukan oleh pa ikram harus menjadi lebih kreatif, kini beliau juga merambah untuk membuat aksesoris lainnya, berupa pembuatan samurai dan sawalaku.
Sumber : http://halmaherautara.com, http://travel.detik.com

PARANG DAN SALAWAKU

KERAJINAN PARANG DAN SALAWAKU
Merupakan senjata tradisional khas daerah Maluku. Kedua senjata ini biasanya dipakai oleh para penari pria saat mempertunjukkan tarian Cakalele. Pada salawaku terdapat ukiran-ukiran bermakna khusus yang terbuat dari kulit kerang laut. Ukuran parang dan salawaku sangat bervariasi tergantung postur badan sang penari. Masyarakat pulau Kakara B di Halmahera Utara terkenal sebagai pengrajin salawaku yang piawai.
Keunikan setiap senjata tradisional itu bisa terlihat dari bentuk, pemilihan bahan, teknik pembuatannya, atau hiasan yang dipergunakan dalam senjata tersebut. Di Maluku sendiri terdapat senjata tradisional yang sangat terkenal, senjata itu bernama Parang Salawaku. Bentuknya yang cukup unik karena senjata ini merupakan senjata yang lengkap. Parang Salawaki sudah merupakan satu paket senjata tradisonal Maluku. Senjata ini terdiri dari parang dan perisai.
Jika melihat arti dari penamaan senjata tradisional ini, terdiri dari kata parang dan sawalaku. Parang berarti pisau besar, biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau, namun lebih pendek jika dibandingkan dengan pedang. Sawalakusendiri memiliki arti perisai. Perisai adalah alat yang dipergunakan untuk melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan.
Alat yang dijadikan senjatanya adalah parang. Parang ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan penyerangan terhadap lawan. Sedangkan Sawalaku sebagai perisai yang fungsi utamanya adalah untuk alat pertahanan dari serangan lawan. Selain itu senjata tradisional Maluku ini juga sering kali dipergunakan untuk alat berburu binatang kala ada dihutan. Pada masa sekarang Parang Salawaku biasanya dipergunakan untuk melengkapi pakaian penari dan atau untuk upacara perkawinan.
Sumber : http://halmaherautara.com, http://zipoer7.wordpress.com

SALOI

KERAJINAN SALOI
Saloi adalah tas punggung tradisional masyarakat Halmahera Utara. Saloi terbuat dari rotan dan biasanya digunakan kaum perempuan untuk pergi ke kebun. Saloi memiliki bentuk bundar yang mengerucut ke bawah. Saloi yang terdapat di Malifut biasanya berukuran lebih kecil. Bentuk Saloi di Halmahera Utara sangat mirip dengan Saloi yang terdapat di kepulauan Sangihe hanya saja berbeda dalam hal bahan dasar yang digunakan.
Sumber : http://halmaherautara.com

TIKAR PANDAN

KERAJINAN TIKAR PANDAN
Salah satu potensi yang ada di Pulau Koloray, yaitu pengrajin tikar. Ada lebih dari sepuluh keluarga di pulau ini yang menekuni kerajinan tikar. keahlian membuat tikar tersebut sudah dilakukan turun temurun dari nenek moyang masyarakat setempat untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari. Selain itu tikar oleh masyarakat setempat juga sebagai salah satu syarat yang harus disediakan oleh pihak pengantin wanita dalam acara pernikahan adat di daerah Kabupaten Morotai. Unik memang!.
Merupakan keterampilan yang sudah diwariskan turun temurun antar generasi di Halmahera Utara. Sebelum dianyam, daun pandan, dibuang dulu durinya, dipotong secara melingkar lalu direbus dan dijemur. Setelah menghasilkan helaian daun yang sudah lemas dan siap dianyam, dedaunan tersebut diiris menggunakan sebuah pisau khusus. Saat lembarannya semakin tipis, baru dimasak dengan memberi zat pewarna. Tujuannya, agar tikar atau anyaman lebih bermotif.
Alat-alat yang digunakan sangat sederhana, yaitu pisau, sigi-sigi berfungsi untuk meluruskan daun, garis-garis berfungsi untuk memotong daun menjadi ukuran kecil dengan ukuran yang sama. tikar tersebut dibuat dari bahan baku yang diambil dari tumbuhan sejenis pandan yang banyak hidup di Pulau tersebut yang disebut buro-buro oleh masyarakat setempat.
Bahan baku tersebut kemudian diolah secara tradisional oleh pengrajin, mulai dari proses membuang duri-duri yang ada di daun pandan, memotongnya menjadi kecil, mengeringkannya, dan memberikan pewarna pada daun kering tersebut dan mengeringkannya kembali di tempat yang teduh agar warnanya tidak luntur. Setelah itu proses penganyaman tikar pun dilakukan. tikar yang dibuat terdiri dari dua lapis. Lapisan atas tikar berwarna-warni dengan corak yang menarik. Sedangkan lapisan bawah tikar berwarna putih gading dengan corak sederhana bergaris merah. Kedua lapisan tersebut nantinya akan digabungkan menjadi sebuah tikar yang nyaman dan cantik

TOLU

KERAJINAN TOLU
Pengrajin di daerah Halmahera yang di sebut dengan Tolu,Tolu atau topi yang biasanya digunakan untuk berkebun ataupun melaut. "Tolu-tolu berbahan dasar dari pelepah pinang yang sudah terlebih dahulu dikeringkan.Keunikan bentuknya sangat mirip dengan topi tradisional petani Indonesia. kerajinan tolu-tolu dapat anda dijumpai pada hampir semua suku di Halmahera Utara dan berfungsiuntuk peneduh dari hujan dan terik matahari.Seperti halnya di daerah ini Bermacam macam kerajinan seperti: Susiru dan aya aya "Susiru dan Aya aya ini yang dibuat dari kulit bambu yang sudah kering. Dalam pembuatannya biasanya kulit bambu tersebut akan diberi zat pewarna dan dianyam sesuai bentuk yang diinginkan.
Kerajinan tersebut dimanfaatkan untuk menepis beras dan untuk ayaaya dimanfaatkan untuk menyaring air terigu.Ada jugaPiring Rotan, "Sesuai namanya, piring yang terbuat dari rotan ini yang lilitkan dan dibentuk menyerupai piring makanpada umumnya.
Tolu atau topi biasanya digunakan masyarakat Halmahera Utara untuk berkebun ataupun melaut. Tolu berbahan dasar pelepah pinang yang sudah terlebih dahulu dikeringkan. Bentuknya sangat mirip dengan topi tradisional petani Indonesia. Tolu dapat dijumpai pada hampir semua suku di Halmahera Utara dan berfungsi sebagai peneduh dari hujan dan terik matahari.
Sumber : http://halmaherautara.com, http://griyawisata.com